Jamil kecil bersimpuh di teras rumah paling bagus di perumahan PTP X (kini PT Perkebunan Nusantara VII), rumah dinas Asisten, Perkebunan, pimpinan tertinggi di situ. Jamil dan keluarga meninggalkan tanah leluhur mereka di Purworejo menuju kawasan Metro Lampung Tengah, menetap di sebuah gubuk beratap rumbia di tengah hutan wilayah Desa Sindang Sari, Lampung Selatan. Bapaknya yang dulu kepala desa diterima bekerja sebagai satpam dan guru mengaji di perkebunan itu.
Perkawanan dengan anak-anak asisten kebun membuat Jamil bisa nonton televisi, dan tahu fasilitas di sana: ada rumah dinas, teve, mobil dinas, dan sebulan sekali jalan-jalan ke kota untuk belanja dan plesiran. Irikah Jamil? Ya, tapi iri positif. Walau menjadi anak keluarga termiskin nomor dua di situ, keinginannya melambung jauh. Setiap kali membeli buku tulis, di lembar pertama ia menulis: Nama saya Jamil, cita-cita insinyur pertanian. Seperti Pak Asisten! Itulah “Proposal Hidup”-nya.
Jadi Pengganti Guru
“Proposal” bocah kelahiran Purworejo 1968 itu berlanjut: Rumahku besar, ada mobil Jeep. Istriku cantik berambut panjang. Aku masuk teve dan bersalaman dengan Pak Harto. Aku juga menulis di koran. Uangku banyak, bisa pergi haji bersama Bapak dan Mamak. Aku tak mau miskin lagi, gak enak karena sering dihina.
Selesai menutup buku, Jamil hanyut lagi dalam aktivitas sehari-hari: bangun pukul 05.00, salat Subuh, belajar sampai berangkat sekolah. Pulang sekolah (SD), ia ngangon bebek sembari bermain di rumah Pak Asisten, atau berenang di sungai. Selepas magrib, ia belajar dan mengaji.
Di depan kelas, suatu hari, gurunya menanyakan cita-cita setiap murid. Jamil lantang berteriak, “Insinyur pertanian!” Seisi kelas gemuruh menertawai. Termasuk guru. Karena tak tahan diejek, ia tonjok si pengejek. Sontak yang lain mengeroyok. Kepala Jamil berdarah dikepruk bambu, bertanda pitak sampai sekarang. Sejak itu, Ahmad Zaini, sang bapak yang hanya lulusan Sekolah Raykat membawa Jamil ke teman-temannya, ”Ini anak saya, calon insinyur pertanian.” Tindakan Bapak itu menjadi motivasi tersendiri buat Jamil.
Selepas SD, Jamil masuk satu-satunya SLTP di situ, SMP Tri Bhakti Utama. Namun ia harus membiayai sendiri sekolahnya. Selesai salat Subuh ia menderas karet beku (latex) sampai pukul 07.00, sebulan ia digaji Rp 4,000,-. Ketika itu SPP sekolah Rp 1,500,-. Lalu ia pergi ke pasar, membeli makanan ringan untuk dijual di SD dekat rumah.
Hebatnya, ia sering ditunjuk menggantikan guru yang absen lantaran selalu jadi ranking pertama. Jamil pun amat menikmati berdiri di depan kelas, membagi ilmu. ”Saya sering berdoa, semoga guru tidak masuk supaya saya boleh mengajar, ”Jamil tertawa.
Dihina Orang Terkaya
Selulus SMA (1987), ia diterima di Institut Pertanian Bogor tanpa tes. Tapi ia tak punya uang serupiah pun. Berdua Bapak, Jamil mendatangi orang terkaya di desa itu, pinjam uang. Namun mereka malah dihina, “Kalau miskin tak usah panjang angan-angan. Baru mau kuilah sudah pinjam uang, apa bertahun-tahun selanjutnya mau pinjam uang terus?”
Jamil menangis. Dalam perjalanan pulang, Bapak menghentikan genjotan sepeda, lalu memeluknya, “Kamu harus jadi insinyur pertanian, biar tak dihina.” Singkat kata untuk mengganjal biaya hidup dan kuliah, Jamil harus berjualan koran, buku, dan kurma dari pintu ke pintu. Ia juga membuka usaha rental komputer, katering, dan kerja-kerja serabutan lainnya.
Tahun 1992, si pitak akhirnya jadi insinyur pertanian. Mimpi di halaman pertama buku tulisnya telah terwujud. Impian mengejar gelar S2 di IPB pun tercapai. Jika ketika S1 indeks prestasinya tak lebih dari 3, saat lulus S2 semua mata kuliahnya bernilai A, hanya satu yang B. Ia pun masuk teve, menulis di koran, terkenal, bahkan naik haji.
”Hidup seperti main film. Butuh skenario alias proposal. Andalah pemain utamanya,” tegas Jamil.
Rahasia Pencapaian
Sebelas tahun berjuang bersama Dompet Dhuafa Republika, kecerdasan spiritual Jamil kian terasah. Mulai terlibat pada 1994, tahun berikutnya ia dipercaya mengembangkan ekonomi kerakyatan. Dibangunlah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang aset awalnya hanya jutaan rupiah tapi kini memuai jadi triliunan rupiah.
Apa rahasia Jamil mewujudkan semua mimpinya? Ia menyebut tiga hal: ’bintang terang’, ’lingkungan positif’, dan ’berani ambil resiko’.
Masih ada lagi resep Jamil mencapai sukses, yakni ”rumus motivasi” dalam menggeber ketiga langkah optimalisasi diri. Ia katakan, ”Motivasi adalah TB (To Be) dikalikan TH (To Have) dikalikan V (Valensi).”
Makin menarik saat ia berbicara tentang Tabungan Energi Positif yang akan dicairkan dalam bentuk 4-ta (harta, takhta, kata, dan cinta). Harta adalah memiliki kemampuan mengelola uang yang baik. Takhta adalah siap memikul amanah. Kata adalah ucapannya bertuah, lisannya ditunggu orang, ceramahnya menyenangkan, nasihatnya mengena, doanya mustajab, menyadarkan orang lain, tulisannya dibaca orang, dsb. Cinta adalah popularitasnya naik, dipuja, pengikutnya banyak, relasi meningkat, teman yang loyal, dsb.
Namun, Jamil mengingatkan ”Jika 4-ta cair dari tabungan energi negatif, bersiaplah menuju kehancuran.”
Sukses Mulia
Salah satu proposal masa kecilnya, menjadi guru. Hal ini mengentas saat ia bergabung dalam Kubik Training & Consultancy. Awalnya, ia diminta menggantikan trainer utama. Ternyata, hasil evaluasi peserta memberinya nilai tertinggi dibandingkan dengan para seniornya. Memang, ciri khasnya terletak pada gaya ekspresif, suara lantang, enerjik, menggugah emosi dan kesadaran. Tanpa sadar, peserta bisa menitikkan air mata, lalu sebentar kemudian meledak tawa.
Sejak Oktober 2005, permintaan training mengalir dari berbagai perusahaan ternama. Jamil didapuk jadi Direktur Marketing PT. Kubik Kreasi Sisilain. Selain masih menjadi dosen pascasarjana IPB, ia juga sering diundang memberi training ke luar negeri.
Jamil si pengganti guru di depan kelas, kini telah bermetamorfosa menjadi pendorong orang untuk “Sukses Mulia”. Ia membantu seseorang meraih 4-ta dengan mengeksplorasi keahlian yang dimiliki dengan tetap memperhatikan etika dan nilai-nilai agama. ”Orang yang paling mulia adalah yang paling banyak memberi manfaat pad akehidupan orang lain,” ujar Jamil yang ingin mendorong sedikitnya 5 juta orang ”Sukses Mulia” hingga tahun 2023, saat usianya 55 tahun.
Bagaimana seseorang bisa menjadi pribadi yang tangguh dan ”Sukses Mulia”? Orang itu, tandas Jamil, harus punya dorongan kuat untuk maju dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Juga harus menguasai keterampilan untuk menghasilkan 4-ta. Satu lagi, jangan salah bergaul, ”Ingat, bergaul dengan tukang minyak wangi akan kecipratan bau awngi. Bergaul dengan pandai besi akan terpercik api.”
Belakangan, Jamil bertekad mematah rantai kemiskinan, antara lain dengan mendirikan sekolah murah bersama kakanya, Kaolan. Sekolah itu telah memiliki 1,000 siswa. Ia juga mendirikan Pesantren Wirausaha, yang memberikan pendampingan berbagai usaha kecil dan lembaga pemberdayaan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar