Senin, 24 Agustus 2009

Selalu ada debu dosa

Dosa tak ubahnya seperti tiupan angin di tanah berdebu. Wajah terasa sejuk sesaat, tapi butiran nodanya mulai melekat. Tanpa terasa, tapi begitu berbekas. Kalau saja tak ada cermin, orang tak pernah mengira kalau ia sudah berubah.

Perjalanan hidup memang penuh debu. Sedikit, tapi terus dan pasti; butiran-butiran debu dosa kian bertumpuk dalam diri. Masalahnya, seberapa peka hati menangkap itu. Karena boleh jadi, mata kepekaan pun telah tersumbat dalam gundukan butiran debu dosa yang mulai menggunung.

Seorang mukmin saleh mungkin tak akan terpikir akan melakukan dosa besar. Karena hatinya sudah tercelup dengan warna Islam yang teramat pekat. Jangankan terpikir, mendengar sebutan salah satu dosa besar saja, tubuhnya langsung merinding. Dan lidah pun berucap, “Na’udzubillah min dzalik!”

Namun, tidak begitu dengan dosa-dosa kecil. Karena sedemikian kecilnya, dosa seperti itu menjadi tidak terasa. Terlebih ketika lingkungan yang redup dengan cahaya Ilahi ikut memberikan andil. Dosa menjadi biasa.

Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia terkumpul pada diri seseorang, lambat laun akan menjadi biasa.”

Dalam beberapa kesempatan, Rasulullah saw. mewanti para sahabat agar berhati-hati dengan sebuah kebiasaan. Karena boleh jadi, sesuatu yang dianggap ringan, punya dampak besar buat pembentukan hati.

Dari Anas Ibnu Malik berkata, “Rasulullah saw. menyampaikan sesuatu di hadapan para sahabatnya. Beliau saw. berkata: ‘Telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka, maka aku belum pernah melihat kebaikan dan keburukan seperti pada hari ini. Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.’ Anas berkata, “Tidak pernah datang kepada sahabat Rasulullah suatu hari yang lebih berat kecuali hari itu.” Berkata lagi Anas, “ Para sahabat Rasulullah menundukkan kepala-kepala mereka dan terdengar suara tangisan mereka.” (Bukhari & Muslim)

Sekecil apa pun dosa, terlebih ketika menjadi biasa, punya dampak tersendiri dalam hati, pikiran, dan kemudian perilaku seseorang. Repotnya, ketika si pelaku tidak menyadari. Justru orang lain yang lebih dulu menangkap ketidaknormalan itu.

Di antara dampak dosa yang kadang remeh dan tidak terasa adalah sebagai berikut: pertama, melemahnya hati dan tekad. Kelemahan ini ketika tanpa sadar, seseorang tidak lagi bergairah menunaikan ibadah sunah. Semuanya tinggal yang wajib. Nilai-nilai tambah ibadah menjadi hilang begitu saja. Tiba-tiba, ia menjadi enggan beristighfar. Sementara, hasrat untuk melakukan kemaksiatan mulai menguat.

Kedua, seseorang akan terus melakukan perbuatan dosa dan maksiat, sehingga ia akan menganggap remeh dosa tersebut. Padahal, dosa yang dianggap remeh itu adalah besar di sisi Allah ta’ala.

Di antara bentuk itu adalah ucapan-ucapan dusta. Awalnya mungkin hanya sekadar canda agar orang lain bisa tertawa. Tapi, ucapan tanpa makna itu akhirnya menjadi biasa. Padahal di antara ciri seorang mukmin selalu menghindar dari perbuatan laghwi, tanpa makna. Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS. 23: 1-3)

Seorang sahabat Rasul, Ibnu Mas’ud, pernah memberikan perbandingan antara seorang mukmin dan fajir. Terutama, tentang cara mereka menilai sebuah dosa. Beliau r.a. berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin ketika melihat dosanya seakan-akan ia berada di pinggir gunung. Ia takut gunung itu akan menimpa dirinya. Dan seorang yang fajir tatkala melihat dosanya, seperti memandang seekor lalat yang hinggap di hidungnya, lalu membiarkannya terbang.” (HR. Bukhari)

Ketiga, dosa dan maksiat akan melenyapkan rasa malu. Padahal, malu merupakan tonggak kehidupan hati, pokok dari segala kebaikan. Jika rasa malu hilang, maka lenyaplah kebaikan. Nabi saw. bersabda, “Malu adalah kebaikan seluruhnya.” (HR. Bukhari Muslim)

Keempat, sulitnya menyerap ilmu keislaman. Ini karena dosa mengeruhkan cahaya hati. Padahal, ilmu keislaman merupakan pertemuan antara cahaya hidayah Allah swt. dengan kejernihan hati.

Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i pernah menuturkan pengalaman pribadinya. Ketika itu, ulama yang biasa disebut Imam Syafi’i ini merasakan adanya penurunan kemampuan menghafal. Ia pun mengadukan hal itu ke seorang gurunya yang bernama Waqi’. Penuturan itu ia tulis dalam bentuk untaian kalimat yang begitu puitis.

Aku mengadukan buruknya hafalanku kepada Waqi’

Beliau memintaku untuk membersihkan diri dari segala dosa dan maksiat

Beliau pun mengajarkanku bahwa ilmu itu cahaya

Dan cahaya Allah tidak akan pernah menembus pada hati yang pendosa

Ada satu dampak lagi yang cukup memprihatinkan. Seseorang yang hatinya berserakan debu dosa enggan bertemu sapa dengan sesama mukmin. Karena magnit cinta dengan sesama ikhwah mulai redup, melemah. Sementara, kecenderungan bergaul dengan lingkungan tanpa nilai justru menguat. Ada pemberontakan terselubung. Berontak untuk bebas nilai.

Perjalanan hidup memang bukan jalan lurus tanpa terpaan debu. Kian cepat kita berjalan, semakin keras butiran debu menerpa. Berhati-hatilah, karena sekecil apa pun debu, ia bisa mengurangi kemampuan melihat. Sehingga tidak lagi jelas, mana nikmat; mana maksiat.

Sabtu, 22 Agustus 2009

MUKJIZAT SHAUM

Allah berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.’ (al-Baqarah: 183)

Mukjiat Pertama: Keharusan Puasa bagi Setiap Orang

Para ilmuwan hari ini menganggap puasa sebagai fenomena yang vital dan fitri, dimana kehidupan yang sempurna dan kesehatan yang baik tidak bisa diperoleh tanpanya. Apabial seseorang atau bahkan seekor binatang tidak berpuasa, maka ia akan terjangkit berbagai macam penyakit. McFadon, seorang ahli kesehatan Amerika, mengatakan, ‘Setiap orang perlu puasa, karena kalau tidak maka ia akan sakit. Karena racun makanan berkumpul dalam tubuh dan membuatnya seperti orang sakit, memberatkan tubuhnya, dan mengurangi vitalitasnya. Apabila ia berpuasa, maka berat badannya menurun, dan racun-racun ini terurai daritubuhnya dan keluar, sehingga tubuhnya menjadi bersih secara sempurna, lalu bobot tubuhnya akan kembali naik, dan sel-selnya kembali baru dalam waktu tidak lebih dari 20 hari setelah berhenti puasa. Pada saat itu ia merasakan vitalitas dan kekuatan yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya.’

Di antara manfaat kesehatan dari puasa adalah:

1. Merilekskan tubuh dan memperbaiki syarafnya.
2. Menyerap zat-zat yang mengendap di usus. Pengendapan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan perubahan endapan itu menjadi kotoran yang beracun.
3. Memperbaiki fungsi pencernaan dan penyerapan.
4. Mengembalikan vitalitas organ pembuangan, dan memperbaiki fungsinya untuk membersihkan tubuh, yang mengakibatkan terkontrolnya stabilitas dalam darah dan berbagai cairan dalam tubuh.
5. Mengurai zat-zat yang berlebihan dan endapan-endapan di dalam jaringan yang sakit.
6. Mengembalikan keremajaan dan vitalitas sel-sel dan berbagai jaringan dalam tubuh.
7. Menguatkan indera dan meningkatkan IQ.
8. Memperbagus dan membersihkan Kulit.

Alexis Carrel, pemenang hadiah Nobel di bidang kedokteran, dalam bukunya Man the Unknown mengatakan, ‘Banyaknya porsi makanan dapat melemahkan fungsi organ, dan itu merupakan faktor yang besar bagi berdiamnya jenis-jenis kuman dalam tubuh. Fungsi tersebut adalah fungsi adaptasi terhadap porsi makanan yang sedikit…Gula pada jantung bergerak, dan bergerak pula lemak yang tersimpan dalam kulit. Semua organ tubuh mengeluarkan zat khususnya untuk mempertahankan keseimbangan internal dan kesehatan jantung. Puasa benar-benar membersingkan dan pengganti jaringan tubuh kita.’

Mukjizat Kedua: Minimal Puasa Satu Bulan dalam Setahun

Allah berfirman, ‘Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.’ (al-Baqarah: 185)
Prof. Nicko Lev dalam bukunya Hungry for Healthy mengatakan, ‘Setiap orang harus berpuasa dengan berpantang makan selama empat minggu setiap tahun, agar ia memperoleh kesehatan yang sempurna sepanjang hidupnya.’

Mukjizat Ketiga: Mengenai Penetapan Waktu Puasa dari Matahari Terbit hingga Matahari Terbenam

Waktu puasa syar‘i adalah dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari, dengan tidak berlebihan saat berbuka puasa. Penelitian ilmiah membuktikan bahwa jarak waktu yang tepat untuk puasa adalah antara 12 hingga 18 jam. Sesudah itu, simpanan gula dalam tubuh mulai terurai. Dreanik dkk. pada tahun 1964 mencatat sejumlah penyakit komplikasi kritis akibat berpuasa lebih dari 31 hari (wishal). Di sini tampak jelas mukjizat Nabawi dalam larangan puasa wishal atau bersambung.
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda, ‘Janganlah kalian puasa wishal.’ Para sahabat bertanya, ‘Tetapi engkau berpuasa wishal, ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Kalian tidak sepertiku. Sesungguhnya Tuhanku memberiku makan dan minum saat aku tidur malam.’

Mukjizat Keempat:

Penelitian ilmiah membuktikan urgensi makan sahur dan berbuka untuk mensuplai tubuh dengan asam lemak dan amino. Tanpa kedua zat ini, lemak dalam tubuh akan terurai dalam jumlah besar, sehingga mengakibatkan sirosis pada hati, dan menimbulkan berbagai bahaya besar bagi tubuh. Nabi saw bersabda, ‘Umatku akan tetap dalam keadaan baik selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.’

Rabu, 19 Agustus 2009

SEHATNYA RAMADHANKU

Alangkah indahnya bila di Bulan Ramadhan ini kita bersungguh-sungguh menghidupkan kembali sunnah Rasulullah Saw. Diantara sunnah-sunnah yang dilakukan Rasulullah Saw. di Bulan Ramadhan ada diantaranya yang jarang sekali mendapatkan perhatian dari kaum muslimin, yakni seperti yang digambarkan dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Ra. di atas : “ Dari Ibnu Abbas Ra. Bahwa Nabi Saw. berbekam dalam keadaan ihram dan berbekam sewaktu shaum.” HR. Bukhari

Kaum Muslimin kebanyakan, belum memberikan perhatian yang cukup serius terhadap Sunnah Rasulullah Saw. yang satu ini, padahal Rasulullah sangat menganjurkan untuk melakukan Hijamah/ bekam sewaktu shaum,
berikut beberapa hadits tentang keutamaan berbekam.,

Dari Ibnu Abbas r.a. Rasulullah bersabda : "Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal: dengan minum madu, hijamah (bekam), dan Kay.." (Hadist Bukhari)
“Dari Anas ra, bahwasanya Nabi Saw bersabda, : Sebaik-baiknya sesuatu yang
kamu pergunakan menjadi obat adalah Al Hijamah.”HR. Bukhari dan
Muslim

Bekam di waktu shaum dapat menguatkan kecerdasan;
“Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Berbekam dilakukan dalam keadaan perut kosong(Shaum) adalah yang paling ideal, di mana ia akan menambah kecerdasan otak dan menambah ketajaman menghafal..”. HR. Ibnu Majah

Batalkah shaum dengan berbekam?
“ Dari Ibnu Abbas Ra. Bahwa Nabi Saw. berbekam dalam keadaan ihram dan berbekam sewaktu shaum.” HR. Bukhari
Anas bin Malik pernah ditanya, "Apakah kalian (para sahabat) memakruhkan hijamah bagi orang yang berpuasa?" Anas menjawab, "Tidak, kecuali jika hijamah itu dilakukan hanya karena badan lemas."HR.Bukhari

Hari terbaik berbekam;
Diriwayatkan oleh Abu Hurairoh r.a Nabi Saw bersabda:Barang siapa berbekam
pada 17, 19 dan 21 hari bulan Hijriyah, maka itu adalah hari- hari yang
menyembuhkan penyakit”. HR. Bukhari

Dikarenakan setiap hari di bulan Ramadhan adalah hari shaum, maka kami berijtihad bahwa di Bulan Ramadhan adalah bulannya berbekam, Syahru Ramadhan Syahrul Hijamah

Karenanya marilah kita menjadi orang yang pertama-tama menghidupkan kembali Sunnah Rasulullah Saw. di Bulan Ramadhan ini agar orang-orang yang belum mengerti tersadarkan dengan menyaksikan apa yang kita lakukan, insya Allah..

Minggu, 09 Agustus 2009

PIT-STOP KEHIDUPAN

Sekali waktu tontonlah sampai tuntas adu balap mobil Formula Satu di televisi. Semua pembalap berlomba memenangkan pertandingan, memacu mobil sekencang-kencangnya. Ternyata, hal terpenting dalam strategi untuk memenangkan perlombaan adalah pit-stop, masuk ke jalur atau kawasan dimana mobil akan disegarkan kembali. Ditambah bahan bakarnya dan diganti bannya bila perlu. Di pit-stop pula biasanya strategi balap diatur. Setahu saya belum pernah ada juara lomba formula satu yang tidak melakukan pit-stop.

Apabila ingin memenangkan perlombaan dalam kehidupan, Anda juga harus melakukan pit-stop. Dalam kehidupan sehari-hari, pit-stop dapat mewujud dalam berbagai bentuk. Mengikuti pelatihan, membaca buku, berdoa dengan penuh kesungguhan, bercengkerama dengan sahabat dan keluarga, serta aktifitas lain yang keluar dari rutinitas harian. Pit-stop membantu kita meraih kehidupan yang utuh.

Banyak orang yang kelihatannya bekerja begitu keras untuk meraih kesuksesan hidup. Yang terjadi justru banyak diantara mereka bagai kelelawar terbang di siang hari. Walau banyak sinar matahari namun sang kelalawar tak mampu melihat. Mereka yang terlalu sibuk tak mampu melihat kehebatan dan polah tingkah lucu buah hatinya. Mereka tak tahu betapa dalam cinta dan perhatian pendamping hidupnya pada mereka. Mereka juga tak menyadari begitu banyak inspirasi kehidupan baru berada di sekitarnya. Bahkan terkadang mereka tak menyadari dan tak tahu siapa dirinya. Mereka begitu sibuk, namun justeru tak mampu memahami apa makna hidup sesungguhnya.

Bila terlalu sibuk, Anda akan lupa untuk menikmati hidup. Anda banyak melakukan kegiatan namun lupa apa yang Anda lakukan dan untuk apa melakukannya. Anda hanya melakukannya, tapi tanpa hati, tanpa visi, tanpa jiwa. Walau sibuk namun hidup Anda kering dan gersang, "hidupnya garing", kata anak muda sekarang.

Saatnya Anda melakukan pit-stop. Renungkanlah untuk apa Anda hidup? Mau kemana setelah kehidupan? Sudah berapa lama usia perkawinan Anda? Lalu, hal terbaik apa yang pernah Anda berikan kepada pasangan hidup Anda? Luangkanlah sejenak waktu (pit-stop) untuk mendengarkan celoteh dan cerita anak Anda dengan penuh perhatian. Antarkan dan dampingi mereka ke tempat yang mereka amat senangi. Berperilakulah seolah-olah Anda adalah teman sepermainan buah hati Anda.
Kunjungilah orangtua Anda, berceritalah tentang pengalaman bahagia Anda bersama mereka dulu. Minta izinlah untuk tidur dipangkuannya. Mohonlah agar tangannya yang telah keriput membelai dan mengusap wajah Anda. Kecuplah tangan yang dulu pernah memandikan dan menimang Anda itu. Begitu pula kunjungilah dan tengoklah rumah ibadah yang juga merindukan kehadiran Anda.

Lakukanlah pit-stop, maka hidup Anda akan semakin bermakna, Anda akan semakin menikmati hidup, Anda akan semakin bersyukur kepada-Nya, mengurangi stress, menyehatkan fisik dan mental Anda, menjadikan Anda lebih bahagia. Yakinlah kepada saya, Pit-Stop menjadikan hidup Anda akan semakin hidup.

Salam SuksesMulia

Jumat, 07 Agustus 2009

Kisah Proposal Sukses Mulia ala Jamil Azzaini (From Nothing become Penting)

Jamil kecil bersimpuh di teras rumah paling bagus di perumahan PTP X (kini PT Perkebunan Nusantara VII), rumah dinas Asisten, Perkebunan, pimpinan tertinggi di situ. Jamil dan keluarga meninggalkan tanah leluhur mereka di Purworejo menuju kawasan Metro Lampung Tengah, menetap di sebuah gubuk beratap rumbia di tengah hutan wilayah Desa Sindang Sari, Lampung Selatan. Bapaknya yang dulu kepala desa diterima bekerja sebagai satpam dan guru mengaji di perkebunan itu.

Perkawanan dengan anak-anak asisten kebun membuat Jamil bisa nonton televisi, dan tahu fasilitas di sana: ada rumah dinas, teve, mobil dinas, dan sebulan sekali jalan-jalan ke kota untuk belanja dan plesiran. Irikah Jamil? Ya, tapi iri positif. Walau menjadi anak keluarga termiskin nomor dua di situ, keinginannya melambung jauh. Setiap kali membeli buku tulis, di lembar pertama ia menulis: Nama saya Jamil, cita-cita insinyur pertanian. Seperti Pak Asisten! Itulah “Proposal Hidup”-nya.


Jadi Pengganti Guru

“Proposal” bocah kelahiran Purworejo 1968 itu berlanjut: Rumahku besar, ada mobil Jeep. Istriku cantik berambut panjang. Aku masuk teve dan bersalaman dengan Pak Harto. Aku juga menulis di koran. Uangku banyak, bisa pergi haji bersama Bapak dan Mamak. Aku tak mau miskin lagi, gak enak karena sering dihina.

Selesai menutup buku, Jamil hanyut lagi dalam aktivitas sehari-hari: bangun pukul 05.00, salat Subuh, belajar sampai berangkat sekolah. Pulang sekolah (SD), ia ngangon bebek sembari bermain di rumah Pak Asisten, atau berenang di sungai. Selepas magrib, ia belajar dan mengaji.

Di depan kelas, suatu hari, gurunya menanyakan cita-cita setiap murid. Jamil lantang berteriak, “Insinyur pertanian!” Seisi kelas gemuruh menertawai. Termasuk guru. Karena tak tahan diejek, ia tonjok si pengejek. Sontak yang lain mengeroyok. Kepala Jamil berdarah dikepruk bambu, bertanda pitak sampai sekarang. Sejak itu, Ahmad Zaini, sang bapak yang hanya lulusan Sekolah Raykat membawa Jamil ke teman-temannya, ”Ini anak saya, calon insinyur pertanian.” Tindakan Bapak itu menjadi motivasi tersendiri buat Jamil.

Selepas SD, Jamil masuk satu-satunya SLTP di situ, SMP Tri Bhakti Utama. Namun ia harus membiayai sendiri sekolahnya. Selesai salat Subuh ia menderas karet beku (latex) sampai pukul 07.00, sebulan ia digaji Rp 4,000,-. Ketika itu SPP sekolah Rp 1,500,-. Lalu ia pergi ke pasar, membeli makanan ringan untuk dijual di SD dekat rumah.
Hebatnya, ia sering ditunjuk menggantikan guru yang absen lantaran selalu jadi ranking pertama. Jamil pun amat menikmati berdiri di depan kelas, membagi ilmu. ”Saya sering berdoa, semoga guru tidak masuk supaya saya boleh mengajar, ”Jamil tertawa.


Dihina Orang Terkaya

Selulus SMA (1987), ia diterima di Institut Pertanian Bogor tanpa tes. Tapi ia tak punya uang serupiah pun. Berdua Bapak, Jamil mendatangi orang terkaya di desa itu, pinjam uang. Namun mereka malah dihina, “Kalau miskin tak usah panjang angan-angan. Baru mau kuilah sudah pinjam uang, apa bertahun-tahun selanjutnya mau pinjam uang terus?”

Jamil menangis. Dalam perjalanan pulang, Bapak menghentikan genjotan sepeda, lalu memeluknya, “Kamu harus jadi insinyur pertanian, biar tak dihina.” Singkat kata untuk mengganjal biaya hidup dan kuliah, Jamil harus berjualan koran, buku, dan kurma dari pintu ke pintu. Ia juga membuka usaha rental komputer, katering, dan kerja-kerja serabutan lainnya.

Tahun 1992, si pitak akhirnya jadi insinyur pertanian. Mimpi di halaman pertama buku tulisnya telah terwujud. Impian mengejar gelar S2 di IPB pun tercapai. Jika ketika S1 indeks prestasinya tak lebih dari 3, saat lulus S2 semua mata kuliahnya bernilai A, hanya satu yang B. Ia pun masuk teve, menulis di koran, terkenal, bahkan naik haji.
”Hidup seperti main film. Butuh skenario alias proposal. Andalah pemain utamanya,” tegas Jamil.


Rahasia Pencapaian

Sebelas tahun berjuang bersama Dompet Dhuafa Republika, kecerdasan spiritual Jamil kian terasah. Mulai terlibat pada 1994, tahun berikutnya ia dipercaya mengembangkan ekonomi kerakyatan. Dibangunlah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang aset awalnya hanya jutaan rupiah tapi kini memuai jadi triliunan rupiah.
Apa rahasia Jamil mewujudkan semua mimpinya? Ia menyebut tiga hal: ’bintang terang’, ’lingkungan positif’, dan ’berani ambil resiko’.

Masih ada lagi resep Jamil mencapai sukses, yakni ”rumus motivasi” dalam menggeber ketiga langkah optimalisasi diri. Ia katakan, ”Motivasi adalah TB (To Be) dikalikan TH (To Have) dikalikan V (Valensi).”

Makin menarik saat ia berbicara tentang Tabungan Energi Positif yang akan dicairkan dalam bentuk 4-ta (harta, takhta, kata, dan cinta). Harta adalah memiliki kemampuan mengelola uang yang baik. Takhta adalah siap memikul amanah. Kata adalah ucapannya bertuah, lisannya ditunggu orang, ceramahnya menyenangkan, nasihatnya mengena, doanya mustajab, menyadarkan orang lain, tulisannya dibaca orang, dsb. Cinta adalah popularitasnya naik, dipuja, pengikutnya banyak, relasi meningkat, teman yang loyal, dsb.

Namun, Jamil mengingatkan ”Jika 4-ta cair dari tabungan energi negatif, bersiaplah menuju kehancuran.”


Sukses Mulia

Salah satu proposal masa kecilnya, menjadi guru. Hal ini mengentas saat ia bergabung dalam Kubik Training & Consultancy. Awalnya, ia diminta menggantikan trainer utama. Ternyata, hasil evaluasi peserta memberinya nilai tertinggi dibandingkan dengan para seniornya. Memang, ciri khasnya terletak pada gaya ekspresif, suara lantang, enerjik, menggugah emosi dan kesadaran. Tanpa sadar, peserta bisa menitikkan air mata, lalu sebentar kemudian meledak tawa.

Sejak Oktober 2005, permintaan training mengalir dari berbagai perusahaan ternama. Jamil didapuk jadi Direktur Marketing PT. Kubik Kreasi Sisilain. Selain masih menjadi dosen pascasarjana IPB, ia juga sering diundang memberi training ke luar negeri.

Jamil si pengganti guru di depan kelas, kini telah bermetamorfosa menjadi pendorong orang untuk “Sukses Mulia”. Ia membantu seseorang meraih 4-ta dengan mengeksplorasi keahlian yang dimiliki dengan tetap memperhatikan etika dan nilai-nilai agama. ”Orang yang paling mulia adalah yang paling banyak memberi manfaat pad akehidupan orang lain,” ujar Jamil yang ingin mendorong sedikitnya 5 juta orang ”Sukses Mulia” hingga tahun 2023, saat usianya 55 tahun.

Bagaimana seseorang bisa menjadi pribadi yang tangguh dan ”Sukses Mulia”? Orang itu, tandas Jamil, harus punya dorongan kuat untuk maju dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Juga harus menguasai keterampilan untuk menghasilkan 4-ta. Satu lagi, jangan salah bergaul, ”Ingat, bergaul dengan tukang minyak wangi akan kecipratan bau awngi. Bergaul dengan pandai besi akan terpercik api.”

Belakangan, Jamil bertekad mematah rantai kemiskinan, antara lain dengan mendirikan sekolah murah bersama kakanya, Kaolan. Sekolah itu telah memiliki 1,000 siswa. Ia juga mendirikan Pesantren Wirausaha, yang memberikan pendampingan berbagai usaha kecil dan lembaga pemberdayaan masyarakat.

KEBERKAHAN SEBENARNYA?...........

Alkisah, beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.” Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua”,jawab ibu itu.” Wouw… hebat sekali putra ibu” pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu??Bagaimana dengan kakak adik-adik nya??”” Oh ya tentu ” si Ibu bercerita :”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang.””

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ” Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??”Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ” anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak”. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”

Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu….. kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani ??? “

….Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
” Ooo …tidak tidak begitu nak….Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”