Minggu, 28 September 2008
Sahabat - sahabat . . .
ini salah satu tulisan kolom konsultasi yang saya asuh di portal Niriah.com
Semoga bermanfaat
Assamu'alaikum Wr.Wb.
BAgaimana mengelola THR dengan baik dan tidak tekor?
Menjelang lebaran memang ada kewajiban dari perusahaan untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para karyawannya sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/1994 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan. Bagi mayoritas orang THR ini dianggap rejeki nomplok yang jatuh menjelang lebaran. Umumnya pengeluaran di bulan Ramadhan dan Idhul Fitri memang meningkat bahkan bisa 2 - 3 kali lipat dibandingkan bulan lainnya sehingga sangat terbantu oleh adanya THR.
Sayangnya banyak yang belum mampu mengelola THR dengan baik. Buktinya sudah ada THR pun pengeluaran masih bertambah, bahkan tekor. Harusnya dengan adanya tambahan pemasukan di bulan itu gaji menjadi dua kali lipat karena umumnya besarnya THR minimal satu bulan gaji. Seharusnya sebagian THR bisa ditabung. Akan tetapi, dalam praktiknya, yang sering terjadi belum bisa membiayai seluruh pengeluaran dan akhirnya membobol tabungan juga.
Berikut adalah tips agar kita bisa mengelola THR dengan baik:
1. Setiap alur dana yang masuk sesuai proses perencanaan keuangan, hendaknya mengikuti ketentuan Penerimaan - Zakat - Bayar Utang - Tabungan - Pengeluaran. Oleh karena itu segera setelah terima THR bayarkan zakatnya 2,5% dari nominal THR yang diterima, 30% buat melunasi hutang yang tidak wajib (kalau ada). Pengertian hutang wajib yang umumnya dilunasi dengan penghasilan rutin seperti cicilan KPR bulanan. Hutang yang tidak wajib contohnya cicilan kartu kredit atau hutang lainnya, sehingga THR bisa meringankan beban hutang kita. Selanjutnya usahakan minimal 10% dari THR ditabung atau diinvestasikan, barulah sisanya digunakan untuk belanja kebutuhan hari raya.
2. Agar sisa dana yang ada cukup untuk membiayai pengeluaran lebaran catat dan susunlah anggaran pengeluaran yang besarnya disesuaikan dengan dana yang ada. Jangan besar pasak daripada tiang. Buatlah skala prioritas dalam pengeluaran. Contohnya, berikan THR juga untuk orang yang bekerja pada kita seperti karyawan bagi yang memiliki usaha, pembantu, sopir dll. Pengeluaran berikutnya mungkin pemberian infaq kepada orang tua dan kerabat. Barulah menentukan pengeluaran untuk hari raya seperti belanja bahan makanan, kue-kue kering dan pakaian jika memang dananya mencukupi. Tidak apa-apa lebaran tanpa baju baru jika baju lama masih bersih dan rapi. Rasanya aneh jika memaksakan lebaran berpakaian baru tapi hutangnya belum dilunasi. Sekali lagi, komponen besarnya anggaran harus disesuaikan dengan dana yang tersedia. Ini penting!
3. Lalu bagaimana dengan biaya mudik? Sebenarnya biaya mudik itu tidak bisa dibebankan pada THR karena besarnya THR yakin tidak mencukupi jika harus digunakan untuk menanggung biaya mudik. Seharusnya biaya mudik sudah dianggarkan tersendiri sebagai komponen biaya liburan dan sudah disiapkan tabungannya. Bila memang belum memiliki persiapan buat biaya mudik tidak usah memaksakan diri untuk mudik. Silaturahim bisa dilakukan dengan telpon atau SMS saja.
Perlu diingat kadang kita tergoda untuk menghabiskan dana untuk lebaran, pas abis lebaran kita gigit jari karena balik dari mudik tidak memiliki uang lagi, dan bagi yang karyawan gajiannya masih lama. Hasilnya berhutang lagi. Semoga terhindar dari yang demikian....
Selamat mengelola THR. Mudah-mudahan tips ini bermanfaat
Selamat Merayakan Idhul Fitri 1429 H. Mohon maaf lahir batin
H TB ANDRIANA PRAMUDIA
OWNER TOOBE ENTREPRENEURSHIP, PANDAWA MANAGEMENT, SEHATI ENTERTAINMENT,
WARUNG PULSA DLL
toobe_alghifari@yahoo.com
www.andrianapramudia.blogspot.com
www.santrisiapguna.blogspot.com
022.91520748 & 76738148
Sabtu, 20 September 2008
Apakah Qta Pendusta ???
Pada bulan Ramadhan yang lalu, saya mengerjakan shalat tahajud (berjamaah) di samping seorang pemuda. Ketika sang imam mengucapkan Allahu Akbar, saya mendengar pemuda tersebut menangis dengan keras.
Ketika itu, saya heran sekali, karena sang imam belum sempat membaca satu ayat pun. Selesai shalat, saya bertanya kepada pemuda tersebut, "Wahai saudaraku yang tercinta, janganlah kamu marah kepadaku, dan beritahukanlah kepadaku mengapa kamu menangis dengan keras padahal sang imam belum membaca satu huruf pun ayat al-Quran?"
Saya terkejut ketika ia berkata, "Ketika saya mengucapkan Allahu Akbar dengan lidah saya, saya merasakan ketakutan yang luar biasa, karena saya khawatir jika saya termasuk orang yang berdusta, karena saya mengatakan sesuatu dengan lidah saya, padahal sesuatu itu tidak ada dalam hati saya. (Sebagaimana dikisahkan Syaikh Amru Khalid dalam bukunya Ibadatul Mukmin).
***
Alam semesta yang kita lihat ini penuh dengan tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya, dilihat dari kerumitan anatomi, hingga desain yang berbeda-beda. Ada manusia yang terlihat kembar, namun pada hakikatnya tidak betul-betul kembar. Belum lagi benda-benda yang hingga kini tidak kita ketahui, baik di darat, laut maupun di udara. Kita kerap memperhatikan burung-burung yang terbang, kemudian hinggap di ranting-ranting pepohonan. Tapi mengapa bumi dan benda-benda di luar angkasa jarang kita pikirkan? Mengapa mereka bisa menggantung begitu saja? Dilihat dari luar angkasa – sebagaimana yang sering kita tonton lewat tayangan film ilmu pengetahuan – bumi ini seolah diam, tidak bergerak.
Jika tidak bergerak, mengapa benda yang ada di atas tidak jatuh ke bawah dan mengapa semuanya tidak hancur berantakan? Faktanya, bumi ini bergerak atau berputar (rotasi). Perputaran itu, seolah, menjadikan bumi seperti lempengan tanah datar yang tak berujung dan bertepi. Perputaran itu sudah pasti sangat cepat, sehingga mata manusia tidak dapat melihat perputaran itu. Jika saja perputaran itu berhenti sesaat saja, bumi ini sudah dipastikan akan hancur!
Kemudian bumi berputar mengelilingi matahari, sehingga terlihat adanya perbedaan waktu di beberapa belahan bumi. Begitupun dengan planet-planet yang lain, berputar mengelilingi matahari. Memang tidak terlihat garis-garis perputaran itu, tapi jika diberi garis, semuanya akan tampak simetris. Yang menahan planet-planet dalam tata surya agar tidak terlepas dari tata surya dan terlempar ke dalam suhu dingin membeku di angkasa luar adalah keseimbangan antara gravitasi ( gaya tarik) matahari dan gaya sentrifugal planet-planet. Matahari menarik semua planet dengan gaya tarik kuat yang ditebarkannya, sementara planet-planet secara terus-menerus mengimbangi tarikan ini dengan menggunakan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan planet-planet tersebut pada jalur lintas atau orbitnya. Tetapi bila planet-planet ini berputar pada sumbunya (gerak rotasi) dengan kecepatan yang sedikit lebih rendah, planet akan ditarik oleh matahari dengan sangat kuat sehingga jatuh ke dalam raksasa matahari dan tertelan suatu ledakan hebat. Hal yang sebaliknya juga mungkin terjadi. Jika planet-planet berputar dengan kecepatan yang lebih tinggi, kali ini gravitasi matahari tidak akan cukup kuat untuk menahannya dan planet-planet akan terlempar ke ruang hampa di angkasa luar. Tetapi, sebuah keseimbangan yang sangat halus cermat telah ditetapkan, dan sistem ini dapat terus berlangsung karena mempertahankan keseimbangan ini.
Selain itu, juga penting untuk dicatat bahwa keseimbangan yang disebutkan di atas diciptakan secara tersendiri untuk setiap planet, karena jarak masing-masing planet dari matahari adalah berlainan. Di samping itu, massa setiap planet juga berbeda. Karena itulah, untuk setiap planet, kecepatan rotasi yang berbeda juga ditetapkan. Hal ini dimaksudkan, agar planet-planet tersebut dapat menghindari tabrakan dengan matahari maupun lontaran ke ruang angkasa.
Semua fakta ini begitu menakjubkan, namun baru sepersekian saja dari tanda-tanda penciptaan. Pada diri kita sendiri, masih banyak yang belum kita ketahui. DNA tubuh kita, misalnya, penelitiannya baru mencapai 5 %. Padahal penelitian itu sudah berlangsung belasan tahun. Tak heran jika ilmuwan sekelas Dr. Alexis Carel – peraih Nobel Kedokteran – mengatakan, man unknown, manusia sebagai sosok makhluk yang tidak diketahui. Masih banyak yang belum dikuak pada diri manusia. Imam Jalaluddin Rumi menyebut manusia sebagai makrokosmos dan diluar diri manusia sebagai mikrokosmos. Ilmu pengetahuan sendiri menyebutkan hal yang serupa. Ternyata lebih dari 90 % unsur yang terdapat di alam raya ini, terdapat pada diri manusia. Jadi benarlah, sebuah atsar yang mengatakan, "Yang mengenal dirinya, yang mengenal Tuhannya."
Sekarang, kita sudah mulai mengetahui banyak hal dari alam semesta ini. Setidaknya ada yang sudah kita ketahui. Tentu kita takjub. Apalagi jika kita semakin sering membaca dan mentafakurinya, ia akan membuat kita semakin ingin mengetahuinya lebih jauh lagi. Kita merasa semakin tak berdaya ketika berhadapan dengan kemahaluasan ilmu Allah. Ilmuwan seperti Dr. Sthephen Jay Gould pernah mengatakan, "Masih banyak yang belum kita ketahui." Nyatanya memang demikian adanya.
Kita mengakui bahwa alam semesta ini adalah karya Sang Pencipta. Pada batas ini, kebanyakan orang meyakininya, sekalipun ia adalah seorang penyembah berhala yang hidup di zaman pra-Islam. "Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?', niscaya mereka menjawab: 'Allah'." (QS. az-Zumar [39]: 38). Tapi meyakini Allah Yang Maha Pencipta saja belum cukup. Allah sendiri telah mengutus Rasul-Nya dan menyampaikan firman-Nya melalui lisan Rasulnya itu. Artinya, kita mesti mengimani semua yang telah diturunkan-Nya, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Beriman kepada Allah butuh konsekuensi- konsekuensi selanjutnya. Tidak cukup hanya mengatakan, "Saya beriman kepada Allah", namun pekerjaan dan apa yang dimakannya haram, kelakuannya buruk, dan pola pikirnya menyimpang. Dia mungkin sering menyebut nama Allah, tapi pada hakikatnya dia telah berdusta karena menyebut "Allah" hanya sebatas lafadz itu saja. Bukankah selepas syahadat ada shalat, zakat, puasa, dan pergi haji.
Ketika itu, saya heran sekali, karena sang imam belum sempat membaca satu ayat pun. Selesai shalat, saya bertanya kepada pemuda tersebut, "Wahai saudaraku yang tercinta, janganlah kamu marah kepadaku, dan beritahukanlah kepadaku mengapa kamu menangis dengan keras padahal sang imam belum membaca satu huruf pun ayat al-Quran?"
Saya terkejut ketika ia berkata, "Ketika saya mengucapkan Allahu Akbar dengan lidah saya, saya merasakan ketakutan yang luar biasa, karena saya khawatir jika saya termasuk orang yang berdusta, karena saya mengatakan sesuatu dengan lidah saya, padahal sesuatu itu tidak ada dalam hati saya. (Sebagaimana dikisahkan Syaikh Amru Khalid dalam bukunya Ibadatul Mukmin).
***
Alam semesta yang kita lihat ini penuh dengan tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya, dilihat dari kerumitan anatomi, hingga desain yang berbeda-beda. Ada manusia yang terlihat kembar, namun pada hakikatnya tidak betul-betul kembar. Belum lagi benda-benda yang hingga kini tidak kita ketahui, baik di darat, laut maupun di udara. Kita kerap memperhatikan burung-burung yang terbang, kemudian hinggap di ranting-ranting pepohonan. Tapi mengapa bumi dan benda-benda di luar angkasa jarang kita pikirkan? Mengapa mereka bisa menggantung begitu saja? Dilihat dari luar angkasa – sebagaimana yang sering kita tonton lewat tayangan film ilmu pengetahuan – bumi ini seolah diam, tidak bergerak.
Jika tidak bergerak, mengapa benda yang ada di atas tidak jatuh ke bawah dan mengapa semuanya tidak hancur berantakan? Faktanya, bumi ini bergerak atau berputar (rotasi). Perputaran itu, seolah, menjadikan bumi seperti lempengan tanah datar yang tak berujung dan bertepi. Perputaran itu sudah pasti sangat cepat, sehingga mata manusia tidak dapat melihat perputaran itu. Jika saja perputaran itu berhenti sesaat saja, bumi ini sudah dipastikan akan hancur!
Kemudian bumi berputar mengelilingi matahari, sehingga terlihat adanya perbedaan waktu di beberapa belahan bumi. Begitupun dengan planet-planet yang lain, berputar mengelilingi matahari. Memang tidak terlihat garis-garis perputaran itu, tapi jika diberi garis, semuanya akan tampak simetris. Yang menahan planet-planet dalam tata surya agar tidak terlepas dari tata surya dan terlempar ke dalam suhu dingin membeku di angkasa luar adalah keseimbangan antara gravitasi ( gaya tarik) matahari dan gaya sentrifugal planet-planet. Matahari menarik semua planet dengan gaya tarik kuat yang ditebarkannya, sementara planet-planet secara terus-menerus mengimbangi tarikan ini dengan menggunakan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan planet-planet tersebut pada jalur lintas atau orbitnya. Tetapi bila planet-planet ini berputar pada sumbunya (gerak rotasi) dengan kecepatan yang sedikit lebih rendah, planet akan ditarik oleh matahari dengan sangat kuat sehingga jatuh ke dalam raksasa matahari dan tertelan suatu ledakan hebat. Hal yang sebaliknya juga mungkin terjadi. Jika planet-planet berputar dengan kecepatan yang lebih tinggi, kali ini gravitasi matahari tidak akan cukup kuat untuk menahannya dan planet-planet akan terlempar ke ruang hampa di angkasa luar. Tetapi, sebuah keseimbangan yang sangat halus cermat telah ditetapkan, dan sistem ini dapat terus berlangsung karena mempertahankan keseimbangan ini.
Selain itu, juga penting untuk dicatat bahwa keseimbangan yang disebutkan di atas diciptakan secara tersendiri untuk setiap planet, karena jarak masing-masing planet dari matahari adalah berlainan. Di samping itu, massa setiap planet juga berbeda. Karena itulah, untuk setiap planet, kecepatan rotasi yang berbeda juga ditetapkan. Hal ini dimaksudkan, agar planet-planet tersebut dapat menghindari tabrakan dengan matahari maupun lontaran ke ruang angkasa.
Semua fakta ini begitu menakjubkan, namun baru sepersekian saja dari tanda-tanda penciptaan. Pada diri kita sendiri, masih banyak yang belum kita ketahui. DNA tubuh kita, misalnya, penelitiannya baru mencapai 5 %. Padahal penelitian itu sudah berlangsung belasan tahun. Tak heran jika ilmuwan sekelas Dr. Alexis Carel – peraih Nobel Kedokteran – mengatakan, man unknown, manusia sebagai sosok makhluk yang tidak diketahui. Masih banyak yang belum dikuak pada diri manusia. Imam Jalaluddin Rumi menyebut manusia sebagai makrokosmos dan diluar diri manusia sebagai mikrokosmos. Ilmu pengetahuan sendiri menyebutkan hal yang serupa. Ternyata lebih dari 90 % unsur yang terdapat di alam raya ini, terdapat pada diri manusia. Jadi benarlah, sebuah atsar yang mengatakan, "Yang mengenal dirinya, yang mengenal Tuhannya."
Sekarang, kita sudah mulai mengetahui banyak hal dari alam semesta ini. Setidaknya ada yang sudah kita ketahui. Tentu kita takjub. Apalagi jika kita semakin sering membaca dan mentafakurinya, ia akan membuat kita semakin ingin mengetahuinya lebih jauh lagi. Kita merasa semakin tak berdaya ketika berhadapan dengan kemahaluasan ilmu Allah. Ilmuwan seperti Dr. Sthephen Jay Gould pernah mengatakan, "Masih banyak yang belum kita ketahui." Nyatanya memang demikian adanya.
Kita mengakui bahwa alam semesta ini adalah karya Sang Pencipta. Pada batas ini, kebanyakan orang meyakininya, sekalipun ia adalah seorang penyembah berhala yang hidup di zaman pra-Islam. "Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?', niscaya mereka menjawab: 'Allah'." (QS. az-Zumar [39]: 38). Tapi meyakini Allah Yang Maha Pencipta saja belum cukup. Allah sendiri telah mengutus Rasul-Nya dan menyampaikan firman-Nya melalui lisan Rasulnya itu. Artinya, kita mesti mengimani semua yang telah diturunkan-Nya, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Beriman kepada Allah butuh konsekuensi- konsekuensi selanjutnya. Tidak cukup hanya mengatakan, "Saya beriman kepada Allah", namun pekerjaan dan apa yang dimakannya haram, kelakuannya buruk, dan pola pikirnya menyimpang. Dia mungkin sering menyebut nama Allah, tapi pada hakikatnya dia telah berdusta karena menyebut "Allah" hanya sebatas lafadz itu saja. Bukankah selepas syahadat ada shalat, zakat, puasa, dan pergi haji.
Jumat, 12 September 2008
INDAHNYA MALAM PERTAMA
SEKEDAR BAHAN BACAAN SAAT SENGGANG, MUNGKIN ADA MANFAATNYA BAGI KITA SEMUA. SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA SEMOGA ALLAH SENANTIASA MEMBERIKAN RAKHMAT DAN KARUNIANYA KEPADA KITA SEMUA, AMIN.
Satu hal sebagai bahan renungan Kita...
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam Dan Hawa
Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu...mempelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan
Seluruh badan Kita terbuka....
Tak Ada sehelai benangpun menutupinya. .
Tak Ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok Dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang - lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok Kita....
Itulah jasad Kita waktu itu
Setelah dimandikan.. .,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu ....jarang orang memakainya..
Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan
Wewangian ditaburkan ke baju Kita...
Bagian kepala..,badan. .., Dan kaki diikatkan
Tataplah.... tataplah. ..itulah wajah Kita
Keranda pelaminan... langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian...
Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul
Kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah Dzikir
Akad nikahnya bacaan talkin...
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan. .yang tlah tiba duluan
Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan
Dan akhirnya.... . Tiba masa pengantin..
Menunggu Dan ditinggal sendirian...
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama bersama KEKASIH..
Ditemani rayap - rayap Dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah tlah pergi....
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat...
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah Kita kan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu...Dan tak seorangpun yang tahu....
Tapi anehnya Kita tak pernah galau ketakutan... ..
Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima
Kita sungkan sekali meneteskan air mata...
Seolah barang berharga yang sangat mahal...
Dan Dia Kekasih itu.. Menetapkanmu ke syurga..
Atau melemparkan dirimu ke neraka..
Tentunya Kita berharap menjadi ahli syurga...
Tapi....tapi .....sudah pantaskah sikap kita selama ini...
Untuk disebut sebagai ahli syurga
Baca jika anda ada masa /waktu untuk ALLAH.
Bacalah hingga habis.
Saya hampir membuang email ini namun saya telah diberi anugerah untuk membaca terus hingga ke akhir.
ALLAH, bila saya membaca e-mail ini, saya pikir saya tidak ada waktu untuk ini....
Lebih lebih lagi diwaktu kerja. Kemudian saya tersadar bahwa pemikiran semacam inilah yang ....
Sebenarnya, menimbulkan pelbagai masalah di dunia ini.
Kita coba menyimpan ALLAH didalam MASJID pada hari Jum'at......
Mungkin malam JUM'AT?
Dan sewaktu solat MAGRIB SAJA?
Kita suka ALLAH pada masa kita sakit....
Dan sudah pasti waktu ada kematian...
Walau bagaimanapun kita tidak ada waktu atau ruang untuk ALLAH waktu bekerja atau bermain?
Karena...
Kita merasakan diwaktu itu kita mampu dan sewajarnya mengurus sendiri tanpa bergantung padaNYA.
Semoga ALLAH mengampuni aku karena menyangka... ...
Bahwa nun di sana masih ada tempat dan waktu dimana ALLAH bukan lah yang paling utama dalam hidup ku (nauzubillah)
Kita sepatutnya senantiasa mengenang akan segala yang telah DIA berikan kepada kita.
DIA telah memberikan segala-galanya kepada kita sebelum kita meminta.
ALLAH
Dia adalah sumber kewujudanku dan Penyelamatku
IA lah yang mengerakkan ku setiap detik dan hari.
TanpaNYA aku adalah AMPAS yang tak berguna.
Susah vs. Senang
Kenapa susah sekali menyampaikan kebenaran?
Kenapa mengantuk dalam MASJID tetapi ketika selesai ceramah kita segar kembali?
Kenapa mudah sekali membuang e-mail agama tetapi kita bangga mem "forward" kan email yang tak senonoh?
Hadiah yang paling istimewa yang pernah kita terima.
Solat adalah yang terbaik.... Tidak perlu bayaran , tetapi ganjaran lumayan.
Notes: Tidak kah lucu betapa mudahnya bagi manusia TIDAK Beriman PADA ALLAH
setelah itu heran kenapakah dunia ini menjadi neraka bagi mereka.
Tidakkah lucu bila seseorang berkata "AKU BERIMAN PADA ALLAH" TETAPI SENTIASA MENGIKUT SYAITAN. (who, by the way, also "believes" in ALLAH ).
Tidakkah lucu bagaimana anda mampu mengirim ribuan email lawak yang akhirnya tersebar bagai api yang tidak terkendali., tetapi bila anda mengirim email mengenai ISLAM, sering orang berpikir 10 kali untuk berkongsi?
Tidakkah mengherankan bagaimana bila anda mulai mengirim pesan ini anda tidak akan mengirim kepada semua rekan anda karena memikirkan apa tanggapan mereka terhadap anda atau anda tak pasti apakah mereka suka atau tidak?.
Tidakkah mengherankan bagaimana anda merasa risau akan tanggapan orang kepada saya lebih dari tanggapan ALLAH terhadap anda.
Aku berDOA , untuk semua yang mengirim pesan ini kepada semua rekan mereka di rahmati ALLAH.
Satu hal sebagai bahan renungan Kita...
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam Dan Hawa
Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu...mempelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan
Seluruh badan Kita terbuka....
Tak Ada sehelai benangpun menutupinya. .
Tak Ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok Dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang - lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok Kita....
Itulah jasad Kita waktu itu
Setelah dimandikan.. .,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu ....jarang orang memakainya..
Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan
Wewangian ditaburkan ke baju Kita...
Bagian kepala..,badan. .., Dan kaki diikatkan
Tataplah.... tataplah. ..itulah wajah Kita
Keranda pelaminan... langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian...
Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul
Kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah Dzikir
Akad nikahnya bacaan talkin...
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan. .yang tlah tiba duluan
Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan
Dan akhirnya.... . Tiba masa pengantin..
Menunggu Dan ditinggal sendirian...
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama bersama KEKASIH..
Ditemani rayap - rayap Dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah tlah pergi....
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat...
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah Kita kan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu...Dan tak seorangpun yang tahu....
Tapi anehnya Kita tak pernah galau ketakutan... ..
Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima
Kita sungkan sekali meneteskan air mata...
Seolah barang berharga yang sangat mahal...
Dan Dia Kekasih itu.. Menetapkanmu ke syurga..
Atau melemparkan dirimu ke neraka..
Tentunya Kita berharap menjadi ahli syurga...
Tapi....tapi .....sudah pantaskah sikap kita selama ini...
Untuk disebut sebagai ahli syurga
Baca jika anda ada masa /waktu untuk ALLAH.
Bacalah hingga habis.
Saya hampir membuang email ini namun saya telah diberi anugerah untuk membaca terus hingga ke akhir.
ALLAH, bila saya membaca e-mail ini, saya pikir saya tidak ada waktu untuk ini....
Lebih lebih lagi diwaktu kerja. Kemudian saya tersadar bahwa pemikiran semacam inilah yang ....
Sebenarnya, menimbulkan pelbagai masalah di dunia ini.
Kita coba menyimpan ALLAH didalam MASJID pada hari Jum'at......
Mungkin malam JUM'AT?
Dan sewaktu solat MAGRIB SAJA?
Kita suka ALLAH pada masa kita sakit....
Dan sudah pasti waktu ada kematian...
Walau bagaimanapun kita tidak ada waktu atau ruang untuk ALLAH waktu bekerja atau bermain?
Karena...
Kita merasakan diwaktu itu kita mampu dan sewajarnya mengurus sendiri tanpa bergantung padaNYA.
Semoga ALLAH mengampuni aku karena menyangka... ...
Bahwa nun di sana masih ada tempat dan waktu dimana ALLAH bukan lah yang paling utama dalam hidup ku (nauzubillah)
Kita sepatutnya senantiasa mengenang akan segala yang telah DIA berikan kepada kita.
DIA telah memberikan segala-galanya kepada kita sebelum kita meminta.
ALLAH
Dia adalah sumber kewujudanku dan Penyelamatku
IA lah yang mengerakkan ku setiap detik dan hari.
TanpaNYA aku adalah AMPAS yang tak berguna.
Susah vs. Senang
Kenapa susah sekali menyampaikan kebenaran?
Kenapa mengantuk dalam MASJID tetapi ketika selesai ceramah kita segar kembali?
Kenapa mudah sekali membuang e-mail agama tetapi kita bangga mem "forward" kan email yang tak senonoh?
Hadiah yang paling istimewa yang pernah kita terima.
Solat adalah yang terbaik.... Tidak perlu bayaran , tetapi ganjaran lumayan.
Notes: Tidak kah lucu betapa mudahnya bagi manusia TIDAK Beriman PADA ALLAH
setelah itu heran kenapakah dunia ini menjadi neraka bagi mereka.
Tidakkah lucu bila seseorang berkata "AKU BERIMAN PADA ALLAH" TETAPI SENTIASA MENGIKUT SYAITAN. (who, by the way, also "believes" in ALLAH ).
Tidakkah lucu bagaimana anda mampu mengirim ribuan email lawak yang akhirnya tersebar bagai api yang tidak terkendali., tetapi bila anda mengirim email mengenai ISLAM, sering orang berpikir 10 kali untuk berkongsi?
Tidakkah mengherankan bagaimana bila anda mulai mengirim pesan ini anda tidak akan mengirim kepada semua rekan anda karena memikirkan apa tanggapan mereka terhadap anda atau anda tak pasti apakah mereka suka atau tidak?.
Tidakkah mengherankan bagaimana anda merasa risau akan tanggapan orang kepada saya lebih dari tanggapan ALLAH terhadap anda.
Aku berDOA , untuk semua yang mengirim pesan ini kepada semua rekan mereka di rahmati ALLAH.
RAMADHAN KITA
Nggak terasa, siang dan malam telah sekian lama silih berganti. Hari-hari pun berlalu begitu cepatnya. Musim demi musm berputar dan berulang. Ada saatnya musim duren, musim rambutan, musim panen kaleee hehe…! Kalo di Indonesia ada musim hujan dan kemarau. Kalau ada yang menyempatkan diri mengamati fenomena tahunan, sebentar lagi—tepatnya beberapa hari lagi saatnya datang bulan suci Ramadhan—disana juga biasanya ada banyak musim, musim petasan, musim kolak (hehe..)
Ramadhan. Yupz..disana biasanya ada musim petasan (walau kini sudah banyak yang dilarang..) yang digandrungi pemuda-pemuda berjiwa metal, yang selalu bangga dengan aksesori kekerasannya ( yang sering kali mereka identikkan dengan kejantanan), sehingga kedatangan ramadhan pun mereka sambut dengan dar-der-dor letupan petasan ala pengantin betawi. Biasanya pesta patasan itu dilakukan pas berkumpulnya gadis-gadis, sengaja memang. Hasilnya tau sendiri kan? Jamaah gadis pun berhamburan, berlarian, sambil tereak-tereak diiringi sumpah-serapah, sementara para gadis putih memucat. Kaget ? jelas donk, sementara itu yang empunya petasan justru pada ngakak.
Saat ramadhan pun, bagi sebagian kalangan merupakan saatnya berbuat baik, saat untuk jeda maksiyat, yang berarti pula saat untuk bertobat ria. Sekolah-sekolah secara mendadak bernuansa kehijau-hijauan, orang-orang banyak yang tiba-tiba beratribut baju koko, kerudung (dari yang imut-imut Cuma nempel doank ampe yang syar’i), alinan nasyid dimana-mana—semuanya sekonyong-konyong muncul dan hadir saat Ramadhan tiba. Judi, pelacuran, pub dan klub-klub malam serta diskotek, bahkan jadwal wakuncar, nge-date atau pacaran pun terpaksa ditunda dulu selama bulan Ramadhan. Alasan yang keluar pun beragam. Ada yang terdorong jiwa toleransi, ada yang nggak bisa ngelakonin kemaksiatan karena terpaksa, ada juga yang merasa kurang Pe-De atau bahkan ada juga yang ingin meraup kesempatan beramal di bulan Ramadhan yang mulia. Tapi ada kesamaannya, yaitu semuanya ingin menahan diri dan bersabar saat Ramadhan. Bagi para maksiater (hehe..) atau maksiat mania, bersabar diri untuk tidak bermaksiat selama satu bulan saja. Toh, selepas Ramadhan masih membentang 11 bulan lain. Buktinya, wajah mereka sontak kian cerah di penghujung Ramadhan.
Hal tersebut tentu sangat berbeda dengan sabarnya jiwa-jiwa yang beriman. Sebab, kesabaran para mukminin dan mukminat yang beriman justru makin menempa dan menambah martabat dan kedudukan mereka di hadapan Rabb-nya. Sungguh wajah mereka penuh sendu dan penuh pengharapan saat-saat menjelang akhir Ramadhan. Harapan untuk menjumpai Ramadhan lagi di kesempatan berikutnya.
Ramadhan mulia. Seiring dengan membengkaknya usia kita, seiring bergulirnya sejarah dan kenangan, sudah berapa ramadhan yang kita lalui ?? apa pula yang di dapat dari setiap Ramadhan itu? Ah, cukup lah tiap diri menghisab dirinya masing-masing.
Sahabat, kian waktu kian dewasa diri kita. Pelita yakin semua sepakat mengenai itu. Demi waktu, seharusnya selama ini kita mampu mengenal mana yang benar dan mana yang salah. Seharusnya kini kita telah membuat kemajuan-kemajuan. Karena kita makin dewasa, makin santun dan makin shalih. Tajwid bacaan Al-qur’an kita harusnya sudah benar dan makin lancar. Begitu pula dengan kaifiyat shalat. Pergaulan kita pun seharusnya makin islami dan beradab. Cara berpakaian, berekonomi, dan akhlaq pun dengan seiringnya waktu seharusnya semakin menampakkan perubahan, tentu saja perubahan yang semakin islami. Yah, intinya tidak layak diri kita mengalami kemandegan alias stagnasi. Rugi…sahabat-sahabat, ditengah-tengah rentang waktu itu, dan saat majunya roda kehidupan—entah, apa saja yang pernah dan sempat kita lakukan. Kebaikan atau keburukan.
Sahabat, tahukah kalau kehidupan kita ini sementara? Keberadaan kita, dan segala yang kita milki serba terbatas, termasuk kehidupan dan alam semesta ini. Semuanya tiada yang kekal, semua bakal musnah dan tiada. Dan secara imani, kita meyakini bahwa setelah kehidupan ini kita akan kembali pada yang menciptakan kita. Dan secara imani pula, kita yakin bahwa di alam sana bakal ada pertanggungjawaban, bakal ada hisab, dan ujungnya sebagai kemurahan janji Allah SWT bakal ada surga dan neraka. Tapi yakin qo..sahabat-sahabat semua sudah tau akan hal itu, iya kan?? Pasti donk….
Sahabat-sahabat, pernahkah tersadar bahwa hidup dan mati berada dibawah kekuasaan dan taqdir-Nya? Ya, kita nggak tau kapan kehidupan kita ini akan berakhir. Yang jelas, setiap saat ajal bisa saja datang dan menjemput kita. Di kalam-Nya, kedatangan maut yang pasti itu, diungkap sebagai “walaw fi burujim-musyayyadah”. Yupz, maut akan menyapa walaupun kita berada dalam benteng yang sangat kokoh lagi tinggi nan menjulang. Entah kapan maut bersua kita. Bisa besok, lusa atau bahkan hari ini. bukan tidak mungkin jika detik ini juga, setelah sahabat-sahabat membaca bulletin ini, sang maut tiba.
Takut? Ngeri? Was-was? Alami memang. Tapi sungguh reaksi yang begituan nggak mendatangkan apa-apa, dan memang nggak perlu. Karena takut atau nggak takut, toh akhirnya datang juga..! tentunya yang mesti jadi titik perhatian kita adalah kematian yang kayak gimana yang bakal kita hadapi kelak? Dalam keadaan baik, atau buruk kah di penghujung usia kita?. Husnul khatimah ataukah su’ul khatimah? Itu saja.
Sahabat-sahabat tentu nggak mau berakhir dan menjumpai Sang Pencipta kita dengan membawa bergumpal-gumpal kesiasiaan. Terlebih lagi menyuguhkan tumpukkan dosa. Na’udzubillah.
Oleh karena itu, seyogyanya kita mempersiapkan diri. Yup hanya itu memang ikhtiar kita. Karena, kematian tidak lagi mengenal dan kompromi dengan usia, tua atau muda. Raihlah kesempatan yang masih ada, termasuk bulan Ramadhan yang akan kita jelang bersama ini sebagai ladang pahala dan taubat. Raihlah sahabat. Dan janganlah meremehkan atau melecehkan setiap peluang, termasuk kesempatan besar di bulan Ramadhan yang hadir. Semoga keberkahan dan karunia Allah SWT dapat kita raih. Amiin.
Ramadhan. Yupz..disana biasanya ada musim petasan (walau kini sudah banyak yang dilarang..) yang digandrungi pemuda-pemuda berjiwa metal, yang selalu bangga dengan aksesori kekerasannya ( yang sering kali mereka identikkan dengan kejantanan), sehingga kedatangan ramadhan pun mereka sambut dengan dar-der-dor letupan petasan ala pengantin betawi. Biasanya pesta patasan itu dilakukan pas berkumpulnya gadis-gadis, sengaja memang. Hasilnya tau sendiri kan? Jamaah gadis pun berhamburan, berlarian, sambil tereak-tereak diiringi sumpah-serapah, sementara para gadis putih memucat. Kaget ? jelas donk, sementara itu yang empunya petasan justru pada ngakak.
Saat ramadhan pun, bagi sebagian kalangan merupakan saatnya berbuat baik, saat untuk jeda maksiyat, yang berarti pula saat untuk bertobat ria. Sekolah-sekolah secara mendadak bernuansa kehijau-hijauan, orang-orang banyak yang tiba-tiba beratribut baju koko, kerudung (dari yang imut-imut Cuma nempel doank ampe yang syar’i), alinan nasyid dimana-mana—semuanya sekonyong-konyong muncul dan hadir saat Ramadhan tiba. Judi, pelacuran, pub dan klub-klub malam serta diskotek, bahkan jadwal wakuncar, nge-date atau pacaran pun terpaksa ditunda dulu selama bulan Ramadhan. Alasan yang keluar pun beragam. Ada yang terdorong jiwa toleransi, ada yang nggak bisa ngelakonin kemaksiatan karena terpaksa, ada juga yang merasa kurang Pe-De atau bahkan ada juga yang ingin meraup kesempatan beramal di bulan Ramadhan yang mulia. Tapi ada kesamaannya, yaitu semuanya ingin menahan diri dan bersabar saat Ramadhan. Bagi para maksiater (hehe..) atau maksiat mania, bersabar diri untuk tidak bermaksiat selama satu bulan saja. Toh, selepas Ramadhan masih membentang 11 bulan lain. Buktinya, wajah mereka sontak kian cerah di penghujung Ramadhan.
Hal tersebut tentu sangat berbeda dengan sabarnya jiwa-jiwa yang beriman. Sebab, kesabaran para mukminin dan mukminat yang beriman justru makin menempa dan menambah martabat dan kedudukan mereka di hadapan Rabb-nya. Sungguh wajah mereka penuh sendu dan penuh pengharapan saat-saat menjelang akhir Ramadhan. Harapan untuk menjumpai Ramadhan lagi di kesempatan berikutnya.
Ramadhan mulia. Seiring dengan membengkaknya usia kita, seiring bergulirnya sejarah dan kenangan, sudah berapa ramadhan yang kita lalui ?? apa pula yang di dapat dari setiap Ramadhan itu? Ah, cukup lah tiap diri menghisab dirinya masing-masing.
Sahabat, kian waktu kian dewasa diri kita. Pelita yakin semua sepakat mengenai itu. Demi waktu, seharusnya selama ini kita mampu mengenal mana yang benar dan mana yang salah. Seharusnya kini kita telah membuat kemajuan-kemajuan. Karena kita makin dewasa, makin santun dan makin shalih. Tajwid bacaan Al-qur’an kita harusnya sudah benar dan makin lancar. Begitu pula dengan kaifiyat shalat. Pergaulan kita pun seharusnya makin islami dan beradab. Cara berpakaian, berekonomi, dan akhlaq pun dengan seiringnya waktu seharusnya semakin menampakkan perubahan, tentu saja perubahan yang semakin islami. Yah, intinya tidak layak diri kita mengalami kemandegan alias stagnasi. Rugi…sahabat-sahabat, ditengah-tengah rentang waktu itu, dan saat majunya roda kehidupan—entah, apa saja yang pernah dan sempat kita lakukan. Kebaikan atau keburukan.
Sahabat, tahukah kalau kehidupan kita ini sementara? Keberadaan kita, dan segala yang kita milki serba terbatas, termasuk kehidupan dan alam semesta ini. Semuanya tiada yang kekal, semua bakal musnah dan tiada. Dan secara imani, kita meyakini bahwa setelah kehidupan ini kita akan kembali pada yang menciptakan kita. Dan secara imani pula, kita yakin bahwa di alam sana bakal ada pertanggungjawaban, bakal ada hisab, dan ujungnya sebagai kemurahan janji Allah SWT bakal ada surga dan neraka. Tapi yakin qo..sahabat-sahabat semua sudah tau akan hal itu, iya kan?? Pasti donk….
Sahabat-sahabat, pernahkah tersadar bahwa hidup dan mati berada dibawah kekuasaan dan taqdir-Nya? Ya, kita nggak tau kapan kehidupan kita ini akan berakhir. Yang jelas, setiap saat ajal bisa saja datang dan menjemput kita. Di kalam-Nya, kedatangan maut yang pasti itu, diungkap sebagai “walaw fi burujim-musyayyadah”. Yupz, maut akan menyapa walaupun kita berada dalam benteng yang sangat kokoh lagi tinggi nan menjulang. Entah kapan maut bersua kita. Bisa besok, lusa atau bahkan hari ini. bukan tidak mungkin jika detik ini juga, setelah sahabat-sahabat membaca bulletin ini, sang maut tiba.
Takut? Ngeri? Was-was? Alami memang. Tapi sungguh reaksi yang begituan nggak mendatangkan apa-apa, dan memang nggak perlu. Karena takut atau nggak takut, toh akhirnya datang juga..! tentunya yang mesti jadi titik perhatian kita adalah kematian yang kayak gimana yang bakal kita hadapi kelak? Dalam keadaan baik, atau buruk kah di penghujung usia kita?. Husnul khatimah ataukah su’ul khatimah? Itu saja.
Sahabat-sahabat tentu nggak mau berakhir dan menjumpai Sang Pencipta kita dengan membawa bergumpal-gumpal kesiasiaan. Terlebih lagi menyuguhkan tumpukkan dosa. Na’udzubillah.
Oleh karena itu, seyogyanya kita mempersiapkan diri. Yup hanya itu memang ikhtiar kita. Karena, kematian tidak lagi mengenal dan kompromi dengan usia, tua atau muda. Raihlah kesempatan yang masih ada, termasuk bulan Ramadhan yang akan kita jelang bersama ini sebagai ladang pahala dan taubat. Raihlah sahabat. Dan janganlah meremehkan atau melecehkan setiap peluang, termasuk kesempatan besar di bulan Ramadhan yang hadir. Semoga keberkahan dan karunia Allah SWT dapat kita raih. Amiin.
Senin, 08 September 2008
Kubur Setiap Hari Menyeru Manusia Sebanyak Lima (5) Kali ...
1. Aku rumah yang terpencil,maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran.
2. Aku rumah yang gelap, maka terangilah aku dengan selalu solat malam.
3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu, bawalah amal soleh yang menjadi hamparan.
4. Aku rumah ular berbisa, maka bawalah amalan Bismillah sebagai penawar.
5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir, maka banyaklah bacaan"Laa ilahaillallah,
Muhammadar Rasulullah", supaya kamu dapat menjawabnya.Lima Jenis Racun dan Lima Penawarnya .....
1. Dunia itu racun, zuhud itu obatnya.
2. Harta itu racun, zakat itu obatnya.
3. Perkataan yang sia-sia itu racun, zikir itu obatnya.
4. Seluruh umur itu racun, taat itu obatnya.
5. Seluruh tahun itu racun, Ramadhan itu obatnya.
Nabi Muhammad S.A.W bersabda: Ada 4 di pandang sebagai ibu ", yaitu :
1. Ibu dari segala OBAT adalah SEDIKIT MAKAN.
2. Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERBICARA.3
. Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BERBUAT DOSA.
4. Ibu dari segala CITA CITA adalah SABAR.
Berpesan-pesanlah kepada kebenaran dan kesabaran.Beberapa kata renungan dari Qur'an :
Orang Yang Tidak Melakukan Solat:
Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar
Zuhur : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya
Ashar : Dijauhkan dari kesehatan/kekuatan
Maghrib : Tidak dipatuhi oleh anak-anaknya.
Isya : Dijauhkan ketenangan dalam tidurnya
Kamis, 04 September 2008
SEMANGAT RAMADHAN . . .
Rp.1000 per hari yang sangat berharga
BAYANGKAN !
Penduduk Muslim Indonesia kurang lebih : 180.000.000 Orang
1 juta orang saja umat islam masing2 berinfaq/ sedekah Rp. 1000
setiap hari
= 1.000.000 x Rp. 1.000 = Rp 1.000.000.000 /hari
= Rp. 30.000.000.000 / bulan
= Rp. 360.000.000. 000 / tahun
Bagaimana jika 10 juta orang Rp. 1.000 /hari ?
= Rp. 10 Milyar / hari = Rp. 300 milyar / bulan = Rp. 3,6 Triliyun /
tahun.
Berapa Masjid bisa dibangun ?
Berapa banyak buku untuk mengisi perpustakaan masjid ?
Berapa banyak pesantren bisa dibangun ?
Berapa banyak yayasan yatim piatu dan fakir miskin bisa dibantu ?
Berapa banyak training / seminar bisa diadakan gratis untuk
mencerdaskan masyarakat ?
Berapa banyak sekolah bisa dibangun ?
Dan lain lain ............ .........
Haruskah masyarakat kita masih ada hidup dibawah garis kemiskinan ?
Hanya bagi kita yang peduli dan tahu betapa berharganya nilai uang
Rp. 1000 dalam jumlah banyak untuk kepentingan orang lain.
Rp 1.000 setiap hari yang tidak membuat diri kita menjadi miskin
tetapi membuat diri kita menjadi kaya.
Mari kita membangun kesadaran dari orang per orang dan peduli untuk
orang-orang disekitar kita !
SEMANGAT RAMADHAN . . .
Rp.1000 per hari yang sangat berharga
BAYANGKAN !
Penduduk Muslim Indonesia kurang lebih : 180.000.000 Orang
1 juta orang saja umat islam masing2 berinfaq/ sedekah Rp. 1000
setiap hari
= 1.000.000 x Rp. 1.000 = Rp 1.000.000.000 /hari
= Rp. 30.000.000.000 / bulan
= Rp. 360.000.000. 000 / tahun
Bagaimana jika 10 juta orang Rp. 1.000 /hari ?
= Rp. 10 Milyar / hari = Rp. 300 milyar / bulan = Rp. 3,6 Triliyun /
tahun.
Berapa Masjid bisa dibangun ?
Berapa banyak buku untuk mengisi perpustakaan masjid ?
Berapa banyak pesantren bisa dibangun ?
Berapa banyak yayasan yatim piatu dan fakir miskin bisa dibantu ?
Berapa banyak training / seminar bisa diadakan gratis untuk
mencerdaskan masyarakat ?
Berapa banyak sekolah bisa dibangun ?
Dan lain lain ............ .........
Haruskah masyarakat kita masih ada hidup dibawah garis kemiskinan ?
Hanya bagi kita yang peduli dan tahu betapa berharganya nilai uang
Rp. 1000 dalam jumlah banyak untuk kepentingan orang lain.
Rp 1.000 setiap hari yang tidak membuat diri kita menjadi miskin
tetapi membuat diri kita menjadi kaya.
Mari kita membangun kesadaran dari orang per orang dan peduli untuk
orang-orang disekitar kita !
SEMANGAT RAMADHAN . . .
Langganan:
Postingan (Atom)